Tak terasa masa kepemimpinan pasangan Yoyok Riyo Sudibyo-Soetadi yang mengusung jargon Bangga Dadi Wong Batang telah berakhir. Dalam rentang lima tahun ini, banyak sudah yang mereka perbuat tetapi lebih banyak yang mereka belum selesaikan. Hal ini karena problem yang dimiliki dan harus ditangani di Kabupaten Batang banyak dan sangat kompleks.
Lima tahun menjalankan pemerintahan, Yoyok-Soetadi senantiasa berusaha dan bekerja sekuat tenaga untuk memenuhi janji-janji yang mereka lontarkan saat berkampanye. Sejauh ini, arah dan track kinerja keduanya bergerak ke arah positif dalam arti program-program yang dijalankan oleh Yoyok-Soetadi memberi dampak baik pada Kabupaten Batang dan dapat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu capaian yang patut diacungi jempol adalah dalam bidang kesehatan, yaitu diterapkannya teknologi informasi melalui Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) untuk pertolongan emergency pada korban kecelakaan dan bencana serta Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yaitu manajemen pengelolaan puskesmas.
SPGDT merupakan upaya meningkatkan penanganan pra kecelakaan meliputi promosi dan peningkatan kesehatan pengemudi pada keadaan/situasi khusus dan penanganan pasca kecelakaan. Dan merupakan pengejawantahan dari Instruksi Presiden RI Nomor 4 tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan untuk pilar ke V.
Menteri Kesehatan, Nila Djuwita F. Moeloek dalam sambutannya pada acara Seminar Nasional tentang Kebijakan, Implementasi dan Kendala dalam Pelaksanaan SPGDT Pra RS tanggal 3 Februari 2016 di Jakarta, bahwa mayoritas daerah tidak peduli dengan penanganan kegawatdaruratan bagi masyarakatnya ini terbukti baru sekitar 49 dari total 5338 Kabupaten/Kota yang telah membentuk Public Safety Center (PSC) artinya hanya 7,4 % Kabupaten/Kota di Indonesia yang memiliki fasilitas layanan kegawat daruratan.
PSC merupakan bagian jejaring dari National Command Center (NCC) yang akan memberikan pelayanan selama 24 jam unutk memudahkan kasus layanan kegawat daruratan dan mempercepat respon cepat penanganan korban. Keduanya merupakan bagian dari Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang dikeluarkan guna menggurangi tingkat kematian dan kecacatan yang tinggi di Indonesia, akibat kasus darurat.
Kabupaten Batang termasuk dalam salah satu kabupaten/kota yang telah membentuk PSC. Kepedulian Bupati Yoyok dalam hal kegawatdaruratan di jalan raya menjadikan pelaksanaan program SPGDT di Kabupaten Batang mengalami kemajuan pesat.
Dibentuk pada tahun 2013 dengan sarana dan prasarana pendukung yang sangat minim, kini pelaksanaan SPGDT di Kabupaten Batang terus berbenah diri. Saat ini pemkab Batang telah menyiapkan belasan ambulans dan sepeda motor untuk mendukung operasional SPGDT di Kabupaten Batang. Kendaraan roda dua (sepeda motor) diharapkan dapat digunakan pada wilayah yang tidak bias dilalui oleh mobil ambulans sehingga pelayanan darurat pada masyarakat tidak terganggu dan berjalan lancar. Di Kabupaten Batang program SPGDT ini dinamakan �Si Slamet�.
Paramedis yang ditugaskan dalam tim Si Slamet ini merupakan tenaga terlatih dan telah memiliki sertifikasi khusus dalam pelayanan kegawatdaruratan.
Untuk kemudahan pelayanan, Dinas Kesehatan Kabupaten Batang sebagai pelaksana kegiatan Si Slamet, membuat beberapa terobosan antara lain aplikasi khusus 119 untuk pengguna android di Kabupaten Batang yang dapat diunduh melalui playstore, website khusus portal.batangkab.go.id/spgdt, membuat call center khusus 119 dan sms gateway. Hal ini untuk mengantisipasi daerah-daerah yang belum dijangkau jaringan internet.
Disamping itu pemkab juga mengadakan kerjasama dengan pihak kepolisian untuk kemudahan proses evakuasi dan pertolongan bagi korban kecelakaan.
Informasi yang sangat bagus,
akan sangat bermanfaat sekali untuk masyarakat,,
sukses selalu